Aku lahir dari keluarga yang kaya, di Singapura. Usaha ayahku di bidang
eksport/import makanan beku mengharuskanku untuk sering keluar negeri
bertemu dengan klien.
Suatu waktu, aku harus terbang ke LA. Dan perjalanan selama 15 jam dari
Singapura direct ke LA sangatlah panjang dan membosankan. Aku sudah
menonton tiga film, makan dua kali dan masih ada sisa 7 jam perjalanan.
Karena aku duduk di bussiness class di upper deck, aku bisa leluasa
turun ke lower deck. Karena dua-duanya adalah zone Bussiness Class.
Sekitar lima menit, aku melihat pemandangan awan dari jendela kecil.
" Excuse me, sir... " sebuah suara halus menyapaku dengan ramah.
Ternyata seorang pramugari muda berwajah manis sedang tersenyum padaku. "
Are you from upper deck? " Aku mengangguk, " Yeah... why? " aku
mengintip name tag di dadanya.
Yuliana Sastri... wah nama indonesia nih ! " I am just checking to see
whether you need anything, because you have been looking out for quiet a
long time... " jawabnya dengan sopan. " Dari Indonesia ya kamu? "
todongku. " Lho... iya ! Bapak dari Indo juga? " tanya lagi. " Uh kok
Bapak sih... belum juga tua, kok dipanggil Bapak... panggil nama aja...
aku Joe... " " Oh... saya Lia... Bapak eh... kamu mau ke LA ya? "
kemudian kami ngobrol ngalor ngidul selama tigapuluh menit.
Ia sudah tinggal di luar negeri selama lebih dari empat tahun. Aslinya
dari Bandung. Umurnya baru 23. Belum punya pacar katanya. Kami ngobrol
sambil berdiri, lalu tiba-tiba seorang pramugari lain menghampirinya dan
sementara mereka mengobrol, aku mengambil segelas wine yang disiapkan
di galley (dapur) mereka.
" Yah... aku ditinggal sendiri deh, hehe... " katanya setelah temannya
pergi. " Lho, kenapa? " " Jam istirahat... tadi aku uda istirahat 3
jam... dan habis ini giliran shift kedua istirahat. mestinya
berdua-berdua, tapi supervisorku katanya migraine jadi dia istirahat di
first class. Mungkin 2 jam lagi baru balik. Untung aja gak penuh... " "
Oh... gitu... ya... gapapa deh... aku temani... aku bosen banget dari
tadi di atas... sebelahku oom gendut yg ngorok melulu lagi... "
Lia tertawa. Manis sekali wajahnya kalau tertawa. Dan aku mulai meneliti
tubuhnya. Sekitar 165 cm, berat badannya mungkin 55 dan kulitnya putih
sekali seperti orang Jepang. " Kamu beneran nih belum punya cowok?"
tanyaku iseng. " Lagi ga ada... soalnya cowok terakhir membosankan
banget. Dia ga fun dan old fashion... "
Lalu ia mulai bercerita tentang mantannya yang masih menganut adat kuno,
yang ga suka clubbing, pesta, minum dan tentu saja seks. Wajahnya
memerah ketika ia bercerita. " Maaf ya, aku kok jadi cerita kayak
gini... hihi... habis memang mantanku itu orangnya aneh. Atau mungkin
dia ga tertarik sama aku ya... mungkin aku terlalu jelek ya... " katanya
menerawang.
" Gak, kok... kamu cantik banget... dan... " aku menatap matanya, "
seksi... bodi kamu seksi banget. Daritadi aku membayangkan bodi kamu di
balik seragam itu... " tambahku dengan berani. Mungkin aku mulai mabuk
karena dua gelas white wine. " Masa? Kamu boong ya... Joe... aku kan ga
seksi. Toketku aja cuma 34B, hmmm ga seksi sama sekali deh... " Aku
menatapnya dengan penuh napsu. 34B, boleh juga... " Kalau kamu kasi aku
liat, aku mungkin bisa menilai apa bodi kamu seksi beneran atau gak... "
tantangku.
Lia tampak terkejut. Tapi ia lalu melihat ke kiri ke kanan, sekeliling
kami agak gelap karena semua penumpang kelas bisnis nampaknya tengah
terlelap. Ia tersenyum padaku ," Beneran nih? " " Sumpah... " Lalu Lia
memberi isyarat agar aku mengikutinya. Ia lalu mulai berjalan ke arah
toilet untuk orang handicapped, yang lebih luas daripada toilet biasa.
Ia menarikku masuk dan mengunci pintunya dari luar. Di dalam toilet
ternyata lebih bising daripada di luar, mungkin karena suara mesin.
Aku langsung membuka seragam pramugarinya yang bagian atas. Dan
tampaklah dadanya yang indah menantang. Ia memakai bra seksi tanpa busa
berwarna hitam, putingnya tampak tegang dari balik bra itu. " Lia...
kamu seksi banget... " desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung
mencium bibirnya yang ranum berlipstick pink. Lia membalas ciumanku
dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding toilet.
Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya dari luar bra nya. Lia
mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Aku lalu berusaha menarik
roknya sampai lepas, dan kini tampaklah tubuh ramping seksinya.
Tinggalah celana dalam dan bra berwarna hitam transparan serta sepatu
hak tingginya. Ia tampak amat seksi. " God, u re so sexy, baby... "
bisikku di telinganya.
Lalu tanganku langsung sibuk membuka kaitan bra nya, dan menciumi
lehernya yang indah.Lia mulai meraba bagian depan celana jeansku, dan
tampak senang menyentuh bagian itu sudah tegang. Setelah branya lepas,
aku langsung menciumi seluruh payudaranya. Kujilati putingnya yang
mengeras dan ia melenguh nikmat. Aku ingat, pacarku paling suka kalau
aku berlama-lama di putingnya. Tapi kali ini tidak ada waktu, karena
siapa saja bisa mengetuk pintu toilet, dan itu membuatku bergairah. Lia
mulai berusaha membuka ikat pinggangku, dan kemudian melorotkan celanaku
sampai ke lantai. Ia menyentuh kont*lku yang keras dari balik boxer
kainku, dan mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Lia ke westafel dan
kubuka celana dalamnya. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu
kemaluannya rapi sekali. Mungkin ia suka bikini waxing seperti
cewek-cewek di luar pada umumnya. Kujilati mem*knya dengan nikmat, sudah
sangat basah sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba
putingnya sendiri, dan memilin-milinnya dengan kuat. Mungkin memang
benar dia terlalu hyper, makanya mantannya bosan.
Kumasukan dua jari tanganku ke dalam mem*knya, dan ia menjerit tertahan.
Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari
telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam liangnya, dan jempolku
meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku
melakukan dengan leluasa. Semakin aku cepat menggosok klitorisnya,
semakin keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir akan ada orang yg
mendengar dari luar. Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan seperti
menyuruhku menjilati mem*knya. " Ahhh... ahhh... I'm gonna come...
Arghhhh... uhhh... yes... yes... baby... " ia mendesah-desah girang
ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari-jariku makin mengocok
mem*knya. Semenit kemudian, Lia benar-benar orgasme, dan membuat
mulutku basah kuyub dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil
jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat.
Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, dan mencopot
boxerku dengan cepat. Ia duduk bersimpuh dan mengulum kont*lku yang
belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay mengusap-ngusap bijiku dan
sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar.
Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu
dan nikmat. Lia melepaskan pagutannya, dan langsung duduk di atas
pangkuanku. Ia bergerak- gerak sendiri mengocok kont*lku dengan penuh
gairah. Dadanya naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya
dengan keras. Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari
itu, aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga
sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.
Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar. Lia
tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong
kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya.
Ia melenguh ," Oh... gitu Joe... gigit seperti itu... I feel sexy... "
Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di
lidahku. Tapi tampaknya Lia makin terangsang. kont*lku terus memompa
mem*knya dengan cepat, dan kurasakan mem*knya semakin menyempit... "
gila... mem*k lo kok menyempit gini, sih Lia... Oh... gila... " Ia
tersenyum senang. Mungkin ia suka latian body language, soalnya dulu
mantanku yang guru BL, bisa mengatur mem*knya jadi sempit jadi gini,
dengan latihan rutin. kont*lku keluar masuk mem*knya dengan lebih cepat,
dan tiba-tiba mata Lia merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan
dan desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan
sebelah tangannku.
" Ah joe... You're so... soo... Ohh... i am gonna come... i m gonna
come... again... Arghhh... Ohhhhh uhhhhhh... " Lia orgasme untuk kedua
kalinya dan terkulai ke bahuku. Karena aku masih belum keluar, aku
mencabut kont*lku dari mem*knya yang banjir cairannya, dan membalikan
tubuhnya menghadap westafel. Biasa kalau habis minum staminaku memang
suka lebih gila. Lia tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan
pantatnya, dan langsung kutusuk kont*lku ke mem*knya dari belakang. Ia
mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di
depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak-acakan. Make upnya
luntur karena keringat, tapi tubuh seksinya tampak sangat indah.
Aku mulai memompa mem*knya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan
kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara
tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya. " yeah... I am your
bitch... fu*k me real hard... please... "
Buset... ga nyangka penampilan manisnya ternyata hanya di luar. Aslinya
dia kasar dan gila seks, kaya bule di bokep aja, pikirku makin
terangsang. kont*lku makin cepat menusuk2 mem*knya yang semakin lama
semakin terasa licin. Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap-ngusap
klitorisnya dengan cepat. Badan Lia naik turun sesuai irama kocokanku,
dan aku semakin horny melihatnya menggumamkan kata-kata kasar. kont*lku
semakin tegang dan terus menghantam mem*knya dari belakang. Ia mau
orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan
tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat. " Ah... baby...
yeah... oh yeah... " kont*lku terasa makin becek oleh cairan mem*knya.
"Lia... aku juga mau keluar nih... " " oh tahan dulu... kasih aku...
kont*lmu... tahan!!!!" Lia langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok
kont*lku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti
permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam
mulutnya. " ArGGGhhhh!! Oh yes !! " erangku tertahan. Lia menyedot
kont*lku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung
kont*lku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan
kanannya mengocok kont*lku dengan gerakan makin pelan.
Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Lia berlutut
dan menjilati seluruh kont*lku dengan rakus. " Kamu takut gak, kalau aku
bilang, aku suka banget sama sperma cowok ?" bisiknya dengan suara
manis sekali. Di sela-sela engahanku, aku menggeleng penuh kenikmatan.
Gila kali mantannya, ga mau sama cewek hot begini... !!
Setelah Lia menjilat bersih kont*lku, ia memakaikan celana jeansku, lalu
memakai seragamnya sendiri. Ia membuka kompartemen di belakangnya, dan
mengeluarkan sisir dan makeupnya dari sana. Dalam waktu 5 menit, ia
sudah tampak seperti pramugari manis yang tadi pertama kulihat, bukan
wanita gila seks seperti barusan. Ia memberi isyarat agar aku tidak
bersuara, lalu perlahan-lahan membuka pintu toilet.
Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang.
" Baiklah, Pak Joe... saya harus siap-siap untuk meal service
berikutnya, mungkin Bapak mau istirahat sejenak? " godanya dengan nada
seksi. Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Sebelum aku ke upper deck,
kucubit pantatnya dan ia memberiku ciuman yang sangat panas.
Habis flight itu, ia memberiku nomer telpon hotelnya di LA, dan kami
ngeseks gila-gilaan tiap hari. Ternyata Lia sangat hyper sex dan bisa
orgasme sampai sembilan kali seharinya. Sedangkan aku hanya mampu bucat 2
kali sehari. Dalam flight kembali ke LA, aku mengupgrade kursiku ke
first class , karena ia bertugas di first class. Dan sekali lagi kami
have sex di toilet, dan kali ini hampir ketauan teman kerjanya. Kami
masih sering ketemu sampai hari ini. Kalau aku ke kota dimana dia
tinggal.
Pacarku? Masih jalan juga lah... jadi punya dua cewek, deh...